Ustad
Muammar mengatakan dalam majelisnya:
Kita
terkadang merasa ribet, cari pertolongan kesana-sini, padahal sudah dicontohkan
oleh nabi Adam AS ketika meminta bertaubat, beliau bertawasul kepada nabi
Muhammad dengan mengatakan as’aluka bi haqqi Muhammadin.
Sebagaimana yang ditakhrij
oleh Thobroni di dalam Jami’ As-Shogir, Umar ra. berkata bahwa baginda
Rasulullah SAW berkata :
“Tatkala Nabi Adam AS telah berbuat kesalahan (yang dengan sebab itu nabi Adam a.s. telah dihantar dari sorga ke dunia ini, maka beliau senantiasa berdoa dan beristighfar sambil menangis, beliau mengangkat kepalanya ke langit dan memohon :
“Ya Allah aku memohon ampunan kepada Engkau dengan berkat Muhammad SAW ”
Maka Allah SWT mewahyukan kepadanya : “Siapakah Muhammad SAW ini, yang engkau memohon keampunan dengan berkatnya?
Baginda a.s menjawab : Ketika Engkau jadikan aku, maka sekali aku melihat ‘arsymu dan terpandang tulisan Laa ilaha illallah Muhammad rasuulullah.
“Tatkala Nabi Adam AS telah berbuat kesalahan (yang dengan sebab itu nabi Adam a.s. telah dihantar dari sorga ke dunia ini, maka beliau senantiasa berdoa dan beristighfar sambil menangis, beliau mengangkat kepalanya ke langit dan memohon :
“Ya Allah aku memohon ampunan kepada Engkau dengan berkat Muhammad SAW ”
Maka Allah SWT mewahyukan kepadanya : “Siapakah Muhammad SAW ini, yang engkau memohon keampunan dengan berkatnya?
Baginda a.s menjawab : Ketika Engkau jadikan aku, maka sekali aku melihat ‘arsymu dan terpandang tulisan Laa ilaha illallah Muhammad rasuulullah.
Maka aku yakin bahwa tiada
siapa pun yang lebih tinggi darinya disisiMu yang namanya Engkau letakan
bersama namaMu”.
Lantas Allah mewahyukan kepada Adam AS: ”Wahai Adam, sesungguhnya dia adalah Nabi Akhir zaman dari keturunanmu. Sekiranya dia tidak ada maka pasti aku tidak akan menciptakanmu”
Lantas Allah mewahyukan kepada Adam AS: ”Wahai Adam, sesungguhnya dia adalah Nabi Akhir zaman dari keturunanmu. Sekiranya dia tidak ada maka pasti aku tidak akan menciptakanmu”
Begitu
juga dengan Imam Syafiie R.A ketika mendapatkan beberapa permasalahan, beliau
bertawasul kepada Imam Abu Hanifah R.A. Imam Syafi’i berziarah ke kuburan Abu
Hanifah. Tak seperti peziarah pada umumnya, Imam Syafi’i rela menginap di area
makam hingga tujuh hari.
Selama
tinggal di area makam tersebut, Imam Syafi’i tak henti-hentinya membaca
Al-Qur’an. Tiap kali khatam, ia selalu menghadiahkan pahala membaca Al-Qur’an
itu kepada Imam Abu Hanifah.
Begitu
juga dengan kita, mari bertawasul kepada para awliya dan sholihin. Mari meminta
keberkahan melalui mereka. Jangan sampai kita jauh dari mereka, sebagaimana
yang dicontohkan oleh para sahabat, sepanjang hari mereka tidak ingin jauh dari
Rasulullah Saw.
Mereka
selalu ingin rumahnya didatangi Rasulullah Saw, bahkan rumah yang didatangi
Beliau, tak butuh lagi penerangan, sebagaimana dalam bait syair:
كُلُّ بَيْتٍ أَنْتَ
سَاكِنُهُ # لَيْسَ مُحْتَاجًا إِلَى السُّرُجِ
وَمَرِيْضٍ أَنْتَ
عَائِدُهُ # قَدْ أَتَاهُ اللهُ بِالْفَرَجِ
Semua rumah yang kau duduki, tak lagi membutuhkan penerangan
Semua orang
yang sakit yang kau jenguk, segera diberi Allah kesembuhan
Dan
kita bisa mengambil ‘ibrah dari lafad Laa ilaha illallah Muhammad
Rasulullah, tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Maknanya, Allah adalah tujuan dari semua mahluk, dan Nabi Muhammad Saw adalah
jalan bagi semua mahluk.
Hal
diatas sebagaimana yang dikatakan oleh Maulana Syeikh Yusri Rusydi Al-Hasani,
mursyid tarekat Yusriyyah Shiddiqiyyah Syadziliyyah di Kairo, bahwa jalan awal
bagi para sufiyyin dan salikin adalah Nabi Muhammad Saw. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar