Ringkasan Ceramah 09, Desember 2017 - Islamic Studies

Minggu, 17 Desember 2017

Ringkasan Ceramah 09, Desember 2017



http://www.nu.or.id/post/read/73502/belajar-toleransi-dari-imam-syafii-saat-ziarahi-makam-abu-hanifah
Ustad Muammar mengatakan dalam majelisnya:
Kita terkadang merasa ribet, cari pertolongan kesana-sini, padahal sudah dicontohkan oleh nabi Adam AS ketika meminta bertaubat, beliau bertawasul kepada nabi Muhammad dengan mengatakan as’aluka bi haqqi Muhammadin.
Sebagaimana yang ditakhrij oleh Thobroni di dalam Jami’ As-Shogir, Umar ra. berkata bahwa baginda Rasulullah SAW berkata :
“Tatkala Nabi Adam AS telah berbuat kesalahan (yang dengan sebab itu nabi Adam a.s. telah dihantar dari sorga ke dunia ini, maka beliau senantiasa berdoa dan beristighfar sambil menangis, beliau mengangkat kepalanya ke langit dan memohon :
“Ya Allah aku memohon ampunan kepada Engkau dengan berkat Muhammad SAW ”
Maka Allah SWT mewahyukan kepadanya : “Siapakah Muhammad SAW ini, yang engkau memohon keampunan dengan berkatnya?
Baginda a.s menjawab : Ketika Engkau jadikan aku, maka sekali aku melihat ‘arsymu dan terpandang tulisan Laa ilaha illallah Muhammad rasuulullah.
Maka aku yakin bahwa tiada siapa pun yang lebih tinggi darinya disisiMu yang namanya Engkau letakan bersama namaMu”.
Lantas Allah mewahyukan kepada Adam AS: ”Wahai Adam, sesungguhnya dia adalah Nabi Akhir zaman dari keturunanmu. Sekiranya dia tidak ada maka pasti aku tidak akan menciptakanmu”
Begitu juga dengan Imam Syafiie R.A ketika mendapatkan beberapa permasalahan, beliau bertawasul kepada Imam Abu Hanifah R.A. Imam Syafi’i berziarah ke kuburan Abu Hanifah. Tak seperti peziarah pada umumnya, Imam Syafi’i rela menginap di area makam hingga tujuh hari.
Selama tinggal di area makam tersebut, Imam Syafi’i tak henti-hentinya membaca Al-Qur’an. Tiap kali khatam, ia selalu menghadiahkan pahala membaca Al-Qur’an itu kepada Imam Abu Hanifah.
Begitu juga dengan kita, mari bertawasul kepada para awliya dan sholihin. Mari meminta keberkahan melalui mereka. Jangan sampai kita jauh dari mereka, sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat, sepanjang hari mereka tidak ingin jauh dari Rasulullah Saw.
Mereka selalu ingin rumahnya didatangi Rasulullah Saw, bahkan rumah yang didatangi Beliau, tak butuh lagi penerangan, sebagaimana dalam bait syair:
كُلُّ بَيْتٍ أَنْتَ سَاكِنُهُ # لَيْسَ مُحْتَاجًا إِلَى السُّرُجِ
وَمَرِيْضٍ أَنْتَ عَائِدُهُ # قَدْ أَتَاهُ اللهُ بِالْفَرَجِ
Semua rumah yang kau duduki, tak lagi membutuhkan penerangan
Semua orang yang sakit yang kau jenguk, segera diberi Allah kesembuhan
Dan kita bisa mengambil ‘ibrah dari lafad Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah, tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Maknanya, Allah adalah tujuan dari semua mahluk, dan Nabi Muhammad Saw adalah jalan bagi semua mahluk.
Hal diatas sebagaimana yang dikatakan oleh Maulana Syeikh Yusri Rusydi Al-Hasani, mursyid tarekat Yusriyyah Shiddiqiyyah Syadziliyyah di Kairo, bahwa jalan awal bagi para sufiyyin dan salikin adalah Nabi Muhammad Saw. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah belajar. Belajar hingga akhir hayat dan terus menebar manfaat.

majelis zaenul musthofa