Pemakaman Rasulullah Saw (bagian pertama) - Islamic Studies

Sabtu, 16 Desember 2017

Pemakaman Rasulullah Saw (bagian pertama)

http://fazasaihat.blogspot.co.id/2017/01/1.html
Sejarah Hidup Muhammad - Husaen Haekal
NABI telah memilih Handai Tertinggi di rumah Aisyah dengan kepala di pangkuannya. Kemudian Aisyah meletakkan kepalanya di atas bantal. Ia berdiri, dan bersama-sama dengan wanita-wanita lain yang segera datang begitu berita sampai kepada mereka, ia memukul-mukul mukanya sendiri. Dengan peristiwa itu kaum Muslimin yang sedang berada dalam mesjid sangat terkejut sekali, sebab ketika paginya mereka melihat Nabi dari segalanya menunjukkan, bahwa ia sudah sembuh. Itu pula sebabnya Abu Bakr pergi mengunjungi isterinya Binti Kharija di Sunh.

Setelah mengetahui hal itu cepat-cepat Umar ke tempat jenazah disemayamkan. Ia tidak percaya bahwa Rasulullah sudah wafat. Ketika dia datang, dibukanya tutup mukanya. Ternyata ia sudah tidak bergerak lagi. Umar menduga bahwa Nabi sedang pingsan. Jadi tentu akan siuman lagi. Dalam hal ini sia-sia saja, Mughira hendak meyakinkan Umar atas kenyataan yang pahit ini. Ia tetap berkeyakinan, bahwa Muhammad tidak mati. Oleh karena Mughira tetap juga mendesak, ia berkata:

“Engkau dusta!”

Kemudian ia keluar ke mesjid bersama-sama sambil berkata:

“Ada orang dari kaum munafik yang mengira bahwa Rasulullah s.a.w. telah wafat. Tetapi, demi Allah sebenarnya dia tidak meninggal, melainkan ia pergi kepada Tuhan, seperti Musa bin ‘Imran. Ia telah menghilang dari tengah-tengah masyarakatnya selama empat puluh hari, kemudian kembali lagi ke tengah mereka setelah dikatakan dia sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti akan kembali seperti Musa juga. Orang yang menduga bahwa dia telah meninggal, tangan dan kakinya harus dipotong!”

Teriakan Umar yang datang bertubi-tubi ini telah didengar oleh kaum Muslimin di mesjid. Mereka jadi seperti orang kebingungan. Memang, kalau memang benar Muhammad telah berpulang, alangkah pilunya hati! Alangkah gundahnya perasaan mereka yang pernah melihatnya, pernah mendengarkan tutur katanya, orang-orang yang beriman kepada Allah Yang telah mengutusnya membawa petunjuk dan agama yang benar! Rasa gundah dan kesedihan yang sungguh membingungkan, sungguh menyayat kalbu! Apabila Muhammad telah pergi menghadap Tuhan - seperti kata Umar - ini sungguh membingungkan. Dan menunggu dia kembali lagi seperti kembalinya Musa, lebih-lebih lagi ini mengherankan.

Mereka semua datang mengerumuni Umar, lebih mempercayainya dan lebih yakin, bahwa Rasulullah tidak meninggal. Belum selang lama tadi mereka bersama-sama, mereka melihatnya dan mendengar suaranya yang keras dan jelas, mendengar doanya dan pengampunan yang dimohonkannya. 
Betapa ia akan meninggal, padahal dia adalah Khalilullah yang dipilihNya untuk menyampaikan risalah, risalah yang sekarang sudah dianut oleh Arab seluruhnya, tinggal lagi Kisra dan Heraklius yang akan menganut Islam! Betapa ia akan meninggal, padahal dengan kekuatannya itu selama duapuluh tahun terus-menerus ia telah menggoncangkan dunia dan telah menimbulkan suatu revolusi rohani yang paling hebat yang pernah dikenal sejarah!

Tetapi di sana wanita-wanita masih juga memukul-mukul muka sendiri sebagai tanda, bahwa ia telah meninggal. Sungguh pun begitu Umar di mesjid masih juga terus menyebutkan bahwa dia tidak wafat, dia sedang pergi kepada Tuhan seperti Musa bin ‘Imran, dan mereka yang berpendapat bahwa ia sudah meninggal, mereka itu golongan orang-orang munafik, orang munafik, yang tangan dan kakinya oleh Muhammad nanti akan dihantamnya setelah ia kembali. 
Mana yang mesti dipercaya oleh kaum Muslimin? Mula-mula mereka cemas sekali. Kemudian kata-kata Umar itu masih menimbulkan harapan dalam hati mereka, karena Muhammad masih akan kembali. Hampir saja angan-angan mereka itu mereka percayai, menggambarkan dalam hati mereka sendiri hal-hal yang hampir-hampir pula membawa mereka jadi puas karenanya.

Sementara mereka dalam keadaan begitu tiba-tiba Abu Bakr datang. Ia segera kembali dari Sunh setelah berita sedih itu diterimanya. Ketika dilihatnya Muslimin demikian, dan Umar sedang berpidato, ia tidak berhenti lama-lama di tempat itu melainkan terus ke rumah Aisyah tanpa menoleh lagi ke kanan-kiri. Ia minta ijin akan masuk, tapi dikatakan kepadanya, orang tidak perlu minta ijin untuk hari ini.

Bila ia masuk, dilihatnya Nabi di salah satu bagian dalam rumah itu sudah diselubungi dengan burd hibara. Ia menyingkapkan selubung itu dari wajah Nabi dan setelah menciumnya ia berkata:

“Alangkah sedapnya di waktu engkau hidup, alangkah sedapnya pula di waktu engkau mati.”

Kemudian kepala Nabi diangkatnya dan diperhatikannya paras mukanya, yang ternyata memang menunjukkan ciri-ciri kematian.

“Demi ibu-bapakku. Maut yang sudah ditentukan Tuhan kepadamu sekarang sudah sampai kaurasakan. Sesudah itu takkan ada lagi maut menimpamu!”

Kemudian dikembalikannya kepala itu ke bantal, ditutupkannya kembali kain burd itu kemukanya. Sesudah itu ia keluar. Ternyata Umar masih bicara dan mau meyakinkan orang bahwa Muhammad tidak meninggal. Orang banyak memberikan jalan kepada Abu Bakr.

“Sabar, sabarlah Umar!” katanya setelah ia berada di dekat Umar. “Dengarkan!”

Tetapi Umar tidak mau diam dan juga tidak mau mendengarkan. Ia terus bicara. Sekarang Abu Bakr menghampiri orang-orang itu seraya memberi isyarat, bahwa dia akan bicara dengan mereka. Dan dalam hal ini siapa lagi yang akan seperti Abu Bakr! Bukankah dia Ash-Siddiq yang telah dipilih oleh Nabi dan sekiranya Nabi akan mengambil orang sebagai teman kesayangan tentu dialah teman kesayangannya?! 
Oleh karena itu cepat-cepat orang memenuhi seruannya itu dan Umar ditinggalkan.
Continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah belajar. Belajar hingga akhir hayat dan terus menebar manfaat.

majelis zaenul musthofa